Winni
panggilan akrabnya Cheucheu baik dilingkungan tempat tinggal maupun
dibangku kuliah, kegemarannya membuat karya tulis Cerpen dan
puisi , hasil karyanya telah banyak dimuat dimedia massa
cetak Koran dan majalah, malahan dalam waktu dekat ini telah rampung
menerbitkan sebanyak 18 judul Cerpen dimuat dalam 65
halaman dan langsung dikirim ke Yogyakarta dalam rangka memenuhi / mengikuti
kegiatan lomba. Tahun 2011 Cheucheu tampil sebagai juara I pada Lomba baca Puisi
nasinal Piala RI HIMI Persis .
Winni
Siti Alawiyah , putra kedua dari empat bersaudara, pasangan , Dendayasa, SIp dengan Rosita, lulusan dari Universitas Pendidikan Indonesia ( UPI) Bandung Alhamdulillah juli 2013
yang baru langsung menandatangani kontrak menjadi guru Bimbingan belajar
(Bimbel) di Ganesha Operation (GO) Kota
Sukabumi yang beralamat di Jalan R.
Syamsudin SH (Bersebelahan Balaikota Sukabumi) dan menjadi staf pengajar di SMAN I .
Menurut
kedua orang tuanya Ceuceu kini berisi keras disamping menjadi guru bimbel di GO
juga berkehendak untuk mengabdikan diri menjadi seorang dosen atau guru di tingkat
sekolah menengah pertama atau sekolah menengah atas sambil melanjutkan
pendidikan ke tingkat S-2 ungkapnya.Cita-cita
untuk menjadi seorang dosen, sama halnya dengan Kakak kandungnya Rachmat Abdul Hakim, LC yang kini tengah mengisi perjalanan hidupnya di Arab Saudi, setelah melanglangbuana dari Korea dan Riyad .
Pada
puncak acara Peringatan Hari Sumpah
Pemuda ke- 85, 28 Oktober 2013 , tingkat
Kota Sukabumi, Winni Siti Alawiyah,SPd mendapat kepercayaan dari pihak panytia
untuk tampil membacakan Puisi karyanya sendiri yang berjudul “ Surat dari
Pemuda”
Ketika
dimintai keterangannya, baik Winni Siti Alawiyah maupun Rachmat Abdul Hakim, “
Kami sejak kecil terbersit dalam benak dan hati untuk menjadi seorang pengajar
malahan berkeinginan untuk memiliki lembaga pendidikan sendiri atau milik
keluarga dan kedua orang tuanya benar-benar menjadi motivator dan dinamisator,
sangat antusias sekali terhadap dunia pendidikan, sehingga kepentingan
pendidikan agama dan sekolah menjadi nomor wahid sekaligus
mampu mendrive dengan keras namun, hal tersebut tidak lepas dari garis keturunan kakek kami alm guru Moch.
Djayadi seseorang guru pada zaman Pemerintahan Hindia
Belanda” yang pada jamannya juragan guru yang patut ditiru dan digugu,
entah kalau sekarang/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar