Kota Sukabumi-
Begitu maraknya mahasiswa yang melakukan penjiplakan karangan, pendapat, dan sebagainya dari orang lain dan menjadikannya seolah karangan dan pendapat sendiri atau yang biasa disebut (Plagiat/Plagiarisme) ketika membuat skripsi, tesis maupun desirtasi, membuat pemerintah melalui Dirjen Perguruan Tinggi Kemendiknas mengeluarkan alat deteksi plagiat (Detector Plagiarisme) yang nantinya harus dimiliki oleh seluruh perguruan tinggi di Indonesia.
“Saat ini sudah beberapa beberapa perguruan tinggi besar yang menggunakan alat tersebut, mengenai perguruan tinggi mana saja hanya Dirjen Dikti yang lebih mengetahui,” kata Direktur Pendidikan Tinggi Islam Kemenag RI Prof.Dr. H. Dede Rosyada,MA saat ditemui di STAI Sukabumi, Minggu (22/4) seusai memberikan kuliah umum workshop metodologi penelitian kepada 300 mahasiswa STAI Sukabumi.
Menurutnya, plagiarisme merupakan sikap yang sangat tidak benar dan buruk karena mengambil pernyataan orang tanpa mencantumkan nama dan dari buku apa, untuk itu perlu dihilangkan sifat seperti itu dari kalangan masyarakat akademik, seperti mahasiswa dan dosen.
Untuk itu pemerintah saat ini mengeluarkan alat berupa plagiarisme detector sebuah software yang bisa di install pada CPU dan internet. Dimana nantinya alat tersebut secara otomatis akan mendeteksi sendiri apakah hasil skripsi, tesis, desirtasi maupun penelitian benar-benar asli atau plagiat. Bahkan pemerintah pemerintah melalui dirjen perguruan tinggi menghimbau agar seluruh produk-produk akademik mahasiswa dan dosen dimasukkan di sistem tersebut.
Dijelaskannya, selain menggunakan alat khusus untuk mendeteksi hasil karya ilmiah plagiat atau tidak, ada cara-cara lain yaitu dengan pernyataan-pernyataan dalam sebuah karya ilmiah dari perguruan tinggi menyatakan benar plagiarisme atau tidak. Selain itu semua naskah harus masuk jurnal online dan media-media elektronik.
“Kondisi saat ini, plagiarisme masih belum bisa terdeteksi secara nasional karena tidak semua perguruan tinggi mempunyai software tersebut. Khusus untuk kami dari Kementrian Agama, masih bersifat fisikal yang diuji oleh tim akademik berpengalaman untuk menyatakan plagiarisme atau tidak,” ungkapnya.
Terkait masih banyaknya hasil penelitian dari para mahasiswa maupun dosen yang belum dipublikasikan di jurnal insternasional, dirinya mengungkapkan, karena tidak semua dosen mampu mengakses jurnal internasional dan amsih sengat selektif, kapasitas dosen tidak semua menguasai bahsa PBB inggris, perancis dan arab, lebih kepada faktor SDM.
Sementara itu Ketua STAI Sukabumi, Prof. Dr. H. Endin Nasrudin,M.Si mengatakan, bahwa sampai saat ini belum ditemukan adanya hasil karya ilmiah para mahasiswa maupun dosen yang menjiplak karya orang lain (Plagiarisme).
“Tidak ada plagiarisme di kami, karena telah disaring betul- betul ketika akan membuat skripsi oleh biro skripsi dan ada tim seleksinya yang bisa mengetahui hasil karya ilmiah plagiat atau bukan. Intinya di STAI Sukabumi aman dari plagiarisme,” ungkapnya. (Herry)
0 komentar :
Posting Komentar