Walikota Sukabumi, H. Mohamad Muraz, S.H., M.M.
mengemukakakan, pemikiran konsep Rahmatan Lil Alamin, bersumber dari AL-Quran,
Surat AL-Anbiya ayat 107, yang artinya, Dan tiadalah Kami mengutus kamu,
melainkan untuk atau menjadi rahmat bagi semesta alam. Dalam Surat tersebut
Allah berfirman, bahwa Dia telah menciptakan Muhammad, sebagai rahmat bagi
seluruh alam, atau Rahmatan Lil Alamin. Artinya, Dia mengirimnya sebagai
rahmat untuk semua orang. Barang siapa menerima rahmat ini dan berterima
kasih atas berkah ini, dia akan bahagia di dunia dan akhirat.
Namun barang siapa menolak dan mengingkarinya, dunia dan akhirat akan lepas
darinya. Hal ini telah ditegaskan dalam Firman Allah, dalam Surat Ibrahim
ayat 28 dan 29, yang artinya, Tidaklah kamu perhatikan orang-orang yang telah
menukar nikmat Allah, atau perintah-perintah dan ajaran-ajaran Allah dengan
kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan? Yaitu mereka jahanam,
mereka masuk ke dalamnya, dan itulah seburuk-buruk tempat kediaman.
Dikatakannnya, sosok Rasulullah sangat dihormati dan diagungkan sepanjang
masa. Saat umat Islam kegelapan dan kehilangan pegangan hidupnya, Nabi
Muhammad datang sebagai Rahmatan Lil Alamin. Nabi Muhammad melahirkan
peradaban baru yang demokratis, egaliter dan manusiawi. Perjuangan dan modal
kepemimpinan Nabi Muhammad, yang membela rakyat kecil dan mendahulukan
kepentingan publik, patut dicontoh dan diaplikasikan. Kebesaran Nabi Muhammad
sebagai seorang tokoh dunia, yang berhasil mengubah keadaan masyarakatnya,
melalui pemerintahan beliau dan perubahan sosial yang dilakukan beliau, sudah
diakui oleh seluruh dunia.
"Nabi Muhammad telah mempraktikan kehidupan bermasyarakat dan
bernegara yang demokratis, di tengah masyarakat yang plural, dengan aliran
ideologi dan politik yang heterogen. Tipe kepemimpinan yang sangat demokratis
dan toleran terhadap semua pihak. Akibatnya, semua pendudukan merasa aman dan
tenteram, yang akhirnya Kota Yastrib berubah menjadi Madinah AL-Munawaroh,
yang berarti Kota Yang Bercahaya".
Walikota Sukabumi, juga menjelaskan, Nabi
Muhammad dapat membangun peradaban manusia yang bercorak majemuk, dengan
mengedepankan prinsip persamaan, kebebasan, keadilan, pengakuan dan
perlindungan, terhadap Hak Asasi Manusia (HAM), serta kesejahteraan
rakyatnya, sebagaimana yang tertuang dalam Piagam Madinah. Atas dasar
tersebut, bangsa Indonesia yang merupakan mayoritas beragama Islam, sudah
seyogyanya mencontoh pola kepemimpinan beliau, yang sempurna, arif dan
bijaksana, yang dapat memberikan kenyamanan dan ketenteraman. Pola
kepemimpinan Nabi Muahammad dalam menjalankan pemerintahan di Madinah,
merupakan pemerintahan yang Rahmatan Lil Alamin. endang.s
|