Kota Sukabumi-Pelita
Tidak lama lagi Hari Raya Idul Adha 1432
Hijriah tiba, sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas limpahan
rezeki penyembelihan hewan kurbanpun dilaksanakan. Namun dibalik itu semua,
masih banyak terdapat lapisan masyarakat yang hidup dalam ekonomi berkecukupan
belum mampu untuk berkurban.
“Padahal harta yang kita dapatkan selama
hidup merupakan amanah dari Allah SWT, tinggal tergantung diri kita sendiri
apakah ingin menyisihkan untuk berkurban atau tidak. Ironisnya masih banyak
masyarakat yang hidup dalam ekonomi berkecukupan enggan untuk berkurban,” kata
Ustadz Zimat Munazat Agustian, Az saat ditemui di kediamannya, kemarin.
Dijelaskannya, jika kita menghitung besarnya
kenikmatan yang Allah berikan terhadap kita, tentulah tidak akan pernah
terhitung dan tidak akan pernah tergantikan dengan ibadah kita, sebagai mana
yang Allah katakana dalam Al-Quran, "apabila engkau menghitung hitung
nikmat Allah, niscaya tidak akan terhitung."
Menurut Ustadz Zimat, golongan orang yang
dimaksud mampu itu tidak lain adalah, selama manusia itu masih bisa dikatakan
bersyukur apabila kenikmatan yang diberikan oleh Allah SWT kepada kita dipakai
dijalan yang Allah SWT ridhoi. Salah satunya yakni, terkait dengan ibadah
qurban. "harta yang ada pada diri kita, merupakan sebuah amanat dari
Allah, tugas kita sebagai menagement harta, apakah harta tersebut diakherat
kelak sebagai penolong untuk surga ataukah yang menjerumuskan kita kepada
jurang api neraka?"
“Sebagai ungkapan rasa syukur, atas nikmat
karunia yang diberikan kepada manusia, nikmat yang berupa hidup dan kehidupan.
Nikmat yang kita rasakan setiap saat tidak terputus, baik berupa kesehatan,
harta, pangkat, maupun jabatan,maka dari itu, kita harus memaksimalkan ikhtiar
untuk melaksanakan perintah Allah. Termasuk perintah berqurban bagi mereka yang
mampu,” ujarnya.
Lebih lanjut dirinya mengungkapkan, terkadang
dari sebagian manusia kerap menyalahgunakan harta bendanya untuk kepentingan
nafsu syahwatnya, ketimbang menggunakan harta benda yang dimilikinya itu untuk
kepentingan ajaran Allah SWT. Dicontohkannya, dari sekian banyak fenomena yang
ada, ketika Allah SWT memerintahkan kepada umatnya untuk berbuat kebajikan dan
Rosul menganjurrkan kepada kita untuk melaksanakan qurban, maka tanpa berpikir
kembali dan tanpa memaksimalkan ikhtiar sama sekali.
"Saya to the point ada istilah tidak
mampu, istilah tersebut, menurut saya sangat irrasional sekali, jika kata-kata
tersebut dilontarkan oleh orang yang sangat gemar menghisap batangan rokok.
Jika boleh menghitung hitung, harta yang kita keluarkan pada setiap hari,
minggu, bulan, bahkan per tahun, maka bila dikumpulkan akan sangat mungkin
untuk bisa menjalankan ibadah qurban, pasalnya, jika uang sebesar Rp. 10. 000
yang biasa kita gunakan untuk membeli rikok, maka dalam waktu setahun, angka 10
ribu tersebut bila dikumpulkan sangat mungkin mampu untuk bisa dibelikan seekor
kambing." Ungkapnya.
Ia menegaskan, dengan asumsi yang tertuang
tersebut, masih pantaskah bisa dikatagorikan sebagai orang yang tidak mampu
untuk melaksanakan ibadah qurban? dan apakah tidak malu terhadap Allah, yang
senantiasa memberikan berbagai kenikmatan yang telah diberikan terhadap umat
manusia, sementara manusia tersebut tidak mensyukuri atas nikmat yang telah
diberikannya? "hati nuranilah yang bisa menjawab pertanyaan - pertanyaan
yang saya lontarkan tersebut? sesuai dengan hadist, barang siapa yang mampu
untuk berqurban akan tetapi tidak mau berqurban maka jangan mendekatti tempat
sholat kami." Imbuhnya
Ketahuilah, bahwa qurban merupakan amal -
amal penyelamat yang kemudian akan menyelamatkan manusia yang telah berqurban,
maka pelaku yang telah mengamalkannya itu, niscahaya manusia akan terlepas dari
keburukan dunia dan akherat.(Bud/4)
0 komentar :
Posting Komentar