Sukabumi,
SANG SURYA pagi seakan ingin lebih cepat lagi menghangatkan planet
ini. Tapi ratusan peserta didik SDN. Dewi Sartika Cipta Bina Mandiri seakan tak
peduli meski mentari kian meninggi dan berada tepat di atas ubun-ubun mereka,
Jumat ke empat November menjelang siang.
Bertemu
dengan “Duo Jawara” lomba menulis cerita se Kota dan jadi duta Kota Sukabumi ke
Jawa Barat tidak terlalu sulit. Mulai dari Satpam hingga petugas kebersihan dan
guru-guru, mereka semua hapal siapa itu Ratu Pangestu dan Farzana Amatul Noor.
Memang
menurut Ketua Seksi Pengembangan Bakat Siswa SDN. Dewi Sartika Cipta Bina
Mandiri, Cikole, Kota Sukabumi, Hj. Arbiatun Yuniar mereka berdua layak untuk
dapat menjajal kemampuannya di ajang yang lebih luas lagi.
“Mereka itu
terlalu sayang untuk tidak memasuki gerbang –gerbang lomba di Jawa Barat. Jika
memang ada peluang atau kesempatan, dan kesempatan itu kesempatan emas untuk
mereka. Kenapa tidak Kita memberikan peluang itu demi masa depan mereka,”
ungkap Hj. Arbiatun.
Mengasuh dan
mengasah mereka berdua, nyaris tanpa kendala. Hj. Arbiatun Yuniar menyebutkan kedua
orang tua mereka juga berperan aktif mendorong putri-putrinya itu, untuk
menjadikan mereka kebanggaan keluarga.
“Dari penuturan
mereka, banyak saya dengar saat
bincang-bincang dengan Ratu dan Farzana. Ibu atau Mama mereka kerap
menghadiahkan buku-buku bermutu yang mendidik. Kata Ratu buku-buku itu jadi
perpustakaan pribadinya,” kata Hj. Arbiatun.
Ratu Pangestu
gadis berjilbab putih itu menimpalinya. “Pesan Ibu, tatap langit dan berdoalah.
Itu yang menjadi modal Ratu selalu berani untuk tampil demi kebaikan. Kami
masih menunggu pengumuman resmi dari Jawa Barat hasil kerja keras Kami.”
Siswi Kelas 4/a SDN. Dewi
Sartika CBM, Ratu Pangestu dan juga Farzana Amatul Noor. Dua dari sekian banyak
murid yang sudah terpantau memiliki banyak talenta. “Mereka menjadi asset Kami
yang sangat bernilai dan harus selalu diasah serta di asuh. Juga sisi
akademisnya.”
Duduk di Kelas 5 Farzana Amatul Noor putri kedua 4 bersaudara
keluarga Ahmad Chandra Buana, ngaku mengagumi tokoh perempuan penggagas
emansipasi, RA. Kartini dan proklamator Bung Karno itu. “Tak malu menyantap
lotek karena saya anak Sukabumi, Indonesia.”
“Ibu menghadiahi Saya sebuah buku dengan kisah berjudul Kecil-
Kecil Punya Karya. Buku itu sangat menarik. Meski saat usia masih –kanak-kanak,
kelak dewasa Saya ingin jadi dokter spesialis anak. Pilihan kedua ingin menjadi
Jurnalis masa depan, ” tutur penyuka spageti itu.
Lain pula kisah Ratu Pangestu putri kedua dari tiga bersaudara
keluarga H. Usman Efendi Hj. Nurul Badriyah. Rupanya kondisi rumah yang
harmonis dan sarat dengan etika-etika positif. Menurut Ratu Pangestu kondisi
rumah menjadi inspirasinya, hingga tulisannya saat lomba menulis cerita di
Jabar. Berjudul Indahnya Kasih Sayang.
“Ratu ingin jadi dokter spesialis penyakit dalam dan Farzana ingin
jadi dokter spesialis anak. Menurut hemat Saya, mereka berhak menentukan masa
depan dengan cita-cita masing-masing. Ini semoga menjadi cermin untuk teman sebayanya. Merajut
cita-cita dimulai dengan hal –hal kecil, seperti gemar membaca dan menulis,”
pungkas Hj. Arbiatun Yuniar. [HS2SMI].-
0 komentar :
Posting Komentar