Sukabumi,
TIDAK
KURANG dari 25 remaja asal negeri
matahari terbit [Jepang] Senin pertama Desember 2013, bergabung dengan Keluarga
Besar SMA Negeri 1, Kota Sukabumi dalam
program kerja sama pertukaran pelajar
yang di pasilitasi Oisca Indonesia- Jepang.
Muatan
local salah satu bahasa asing yaitu bahasa Jepang. Jelas bagian tak terpisahkan
dari program Oisca Indonesia- Jepang. Nyaris semua siswa Kelas l hingga lll
cukup besar ketertarikan mereka belajar bahasa Jepang itu.
“Siswa yang menekuni bahasa Jepang, akan
sangat besar terasa menfaatnya untuk mereka. Remaja pelajar Jepang sendiri
bukan untuk yang pertama ke SMA Negeri 1 ini, seingat saya sudah empat kalinya
Oisca menjembatani Kami,” kata Beti Karliati guru pembinanya.
Dijelaskan,
muhibah warga negara Jepang itu kali ini
yang ke empat kalinya. Belum ada penjelasan mengapa kampus SMA Negeri 1 selalu
menjadi target penting mereka. “Kalangan tamu cepat kerasan gabung dengan
keluarga besar SMA Negeri 1. Kuliner pun tak masalah.”
“Awalnya bertamu kalangan petinggi Oisca
organiasi yang tinggi perhatiannya terhadap lingkungan hidup. Disusul kalangan
mahasiswa, terus pelajar korban tsunami dan di penghujung 2013 ini pelajar yang
liburan dimusim dingin. Tamu juga sudah punya agenda,” ungkap Beti.
Agendanya pada Senin pertama
Desember itu, baik tuan rumah maupun tetamunya sepakat untuk menjalin
komunikasi kekeluargaan lebih akrab. “Jadi mereka homestay di 25 kediaman orang
tua murid yang bersedia bergabung dengan
tamu.” Imbuhnya.
Dihari Selasa awal pekan bulan
Desember, dan di akhir 2013 itu. “Mereka berangkat dari rumah orang tua angkat
bersama mengikuti proses belajar mengajar di Kelas di SMA Negeri 1. Dan tuan
rumah, Kami menyambutnya dengan sebuah perhelatan sederhana ada olahraga dan
seni.”
“Kami ingin membuat dua hari
mereka di Sukabumi sangat berkesan dihati masing-masing. Disiapkan tarian Jaipongan dan
karawitan serta Angklung. Untuk tim Basket dan Futsal, Kami siapkan demi
keakraban,” papar Beti yang saat berbincang dalam posisi cuti hamil.
Ada sesi serah terima
cinderamata dari Segawa Yamato kepada Kepala SMA Negeri 1. Rahmat Mulyana.
Sebelumnya ada penjelasan seputar SMA Oisca [ Oisca High School] Jepang oleh
Mr. Yamaguchi Sho dan Mr. Morishita Narumi. “Mereka juga menampilkan tarian
khas Jepang .”
“Saya menangkap ada suasana haru
saat Indonesia Raya berkumandang yang
dibalas dengan lagu kebangsaan Jepang, Kimigayo. Meski setengah abad silam peristiwa pahit tak
mengalami. Tapi ada dongeng takan pernah lengang ditelan zaman,” kata Beti
terbata.
Menyinggung menu makanan mulai sarapan
pagi, makan siang dan makan malam. “Kami sudah punya daftar yang tak bisa
dilanggar karena menyangkut kesenangan dan penyakit yang diidap mereka. Ada dua
asal Taiwan dan seorang disebut-sebut diabetes.” Ucap Ibu satu anak hasil buah
kasihnya dengan, Roni Abdul Mujib, sama-sama pengajar di SMA Negeri 1 itu.
Meski ada Mulok bahasa Jepang
semenjak Kelas 1. Tapi bahasa tarzan atau bahasa isarat yang santun tidak
diharamkan. “Wal hasil diantara mereka yang ada sih lancar-lancar aja. Bisa
kita dengar apa yang mereka bahas itu.” Beti tersenyum seraya menatap murid- muridnya.
Beti tidak menepis saat ditanya
urungnya kepergian ke Jepang 10 bulan silam. “ Oiya… memang saya pernah
ditawari lawatan ke Jepang bersama rekan-rekan Oisca Indonesia. Tapi saat itu
saya hamil tua. Saya harus memprioritaskan kondisi kesehatan saya dan bayi
Kami.”
“Tapi Saya cukup bangga meski Saya urung ke
Jepang, ada siswa aksel, Pramudia yang
pergi ke negeri matahari terbit itu. Siswa saya itu pergi atas undangan dari
Kemenpora. Tapi jika saatnya tiba. Saya
memang harus pergi dan saya sudah siap,” pungkasnya. [HS2SMI/ Yudhy’s].
0 komentar :
Posting Komentar