BERBUSANA
bernuasa masyarakat Priangan ikat kepala dikenakan kalangan pria dan kebaya
khas nyunda membalut tubuh mojangnya. Fenomena baru segera menjadi biasa ketika awal tahun depan setiap Jumat, menjadi kesepakatan dan keputusan fihak sekolah.
Meski
demikian, nampak sebagian murid lelaki tak sabar lagi menjemput hari Jumat
tahun depan. Siti murid SDN. Balandongan, Kecamatan Baros, Kota Sukabumi
berkata. “Anak lelaki akan mengenakan
ikat kepala atau orang tua saya menyebutnya teregos. Kami sudah tak sabaran
lagi menunggu hari Jumat, pekan pertama tahun depan.”
“Semoga
letupan hasrat anak-anak ingin segera mengenakan Terogos itu, bukan hanya
uporia sejenak tapi semangat berbudaya yang selamanya. Jika perlu saat akan
memasuki hari Jumat tahun depan itu. Kita perlu memberikan pencerahan kepada
kalangan murid yang akan mengenakan Teregos itu. Mereka juga perlu tahu jenis
kain dan bentuk ikat kepala itu,” papar Kepala SDN. Balandongan, Hj. Gimaswati,
Mpd dikantornya.
Mengenakan
aksesoris bernuasa Priangan dikalangan pelajar bukan hal baru. Dan murid SD.
Balandongan, Kecamatan Baros, mengenakan ikat kepala bukan sekolah yang
pertama. Satu dari 5 SMA Negeri, beberapa bulan dilakukan siswa Kelas 1 di SMA
Negeri 1.
SMA Negeri tertua di Sukabumi itu,
diperkirakan sudah berjalan sejak Ospek berkahir bersamaan
dengan proses pamungkas penerimaan peserta didik baru [PPDB] 2013 silam.
“Kami mengimbau kalangan peserta didik baru untuk mengenakannya pada hari
Sabtu.”
“Setiap Sabtu hari yang Kami sebut
Hari Budaya itu. Siswa lelaki mengenakan teregos sedang para siswi berkebaya
plus bando di luar jilbabnya. Responnya sangat mengagumkan, terlebih setiap
Senin upacara ada penghargaan untuk Kelas terkompak,” tutur Jubir SMA Negeri 1,
Ade Faturahman.
Juru Bicara SMA Negeri 1 menyebutkan, di tatar
Priangan ini sedikitnya terdapat 20 jenis nama ikat kepala pria yang lajim
dikenakan baik saat resmi maupun saat tidak resmi. “Seperti ikat kepala
Barangbang Semplak, bisa saja dikenakan untuk satu komunitas bela diri atau
kelompok seni pentas, seperti pamin Calung atau pamain Gondang dan Pesilat.”
Mengomentari adanya penggunakan iket
kepala pria untuk kalangan pelajar baik rencana Januari untuk SDN. Balandongan maupun bagi kalangan siswa Kelas 1 di SMA
Negeri 1. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Beni Haerani menyambut
positif yang bukan wacana itu.
“Mengenalkan budaya daerah Pasundan
atau Priangan sejak dini kepada kalangan murid Sekolah Dasar. Merupakan langkah
berani fasalnya anak-anak SD masih mudah terpengaruh atau mudah bosan. Kepala
Sekolah dan guru harus memiliki formula untuk menjaganya sang murid menyenanginya,”
ungkap Kepala Disdikbud, Kot Sukabumi.
Beni Haerani mengaku sudah mendengar
wacana penggunaan Teregos dan Kebaya di kalangan Kelas VI SDN. Balandongan,
khususnya hari Jumat. “Yang saya belum dengar itu apakah itu tanggungan orang
tua murid atau sekolah yang menyediakannya.
Selama
hasil kesepakan dengan Komite, hal itu baik-baik saja. Saya mendukungnya, bila
perlu semua SD mengikutinya meski dalam agenda berbeda. Sejauh ini saya baru
mendengar ada di SMA Negeri 1 dan akan disusul SDN Balandongan,” kata Ka
Disdikbud Kota Sukabumi.
Beni
Haerani sebelum menyudahi keterangannya
Ia sempat mengatakan. “Jika Tergos sudah dikenalkan kepada kalangan murid.
Tidak ada salahnya jika Kepala Sekolah juga secara perlahan memperkenalkan
kaulinan urang lebur. Busananya tinggal disesuaikan saja, seperti pengenalan
seni tradisional Calung atau Pencak Silat.” Pungkas Beni Haerani. [HS2SMI].-
0 komentar :
Posting Komentar