Minggu, 12 Januari 2014

CERPEN
                                                                  Seperti Majnun
                                                          Oleh Winni Siti Alawiah,SPd

Dimalam terakhirnya sebagai pria lajang. Sebuah pesan, sesaat mengentikan senyumannya.

Kamis, 19 Januari 2012
Ayesya Yinna…
Penggalan pesan mewakili diri ini yang belum bisa memerdekakan hati.
Perih dalam setiap langkah
Mungkin sebuah kesalahan…Keegoan ini,
mandat filsafat hawa ketimuran
menjadi bumerang
untuk yang kuagungkan, cinta

Aku yang terlalu serius menanggapimu
yang terlalu naïf dengan ketulusanmu
terlalu banyak gengsi menutupi
semua ego itu yang tak beralasan

Biarlah awan yang hiasi langit mendung dihati yang lama ditinggal matahari
Hujan sedia dinginkan pikir yang memanas karena penyesalan
Angin hempaskan harapan yang tak mungkin kembali
Burung membawa terbang nama dan siluetmu….
Jauh….lepas dan jangan berbalik arah untuk kembali
Karena sakit dan itu tak mungkin
Cukup terbaca dan kau tahu
Tak perlu balasan
Cukup termakasihku pada takdir,  atas perkenalan yang sempat semaikan wangi bunga
meski hanya sekilas dan itu dalam…..

Yang kuingat ketika keseriusan kau nyatakan pasti. Jelas itu suaramu. Pencarian terakhir yang kau tuju padaku seorang. Puisi manis yang sebelumnya tak pernah kau buat, dan itu hanya untukku. Ingatkah dengan goresan penamu ini?
Akhirnya aku sampai pada persinggahan yang lama kucari,
Tak ada dugaan atas apa yang kulalui dengan pemilik lesung pipi itu,
Alam kemerahan saksikan kegelisahan diri ini
Menyematkan bunga pada tangannya, merayukan nyanyian dalam hatinya, mengalunkan melodi pada detak jantungku, dan mungkinkah aku menjelma menjadi si majnun dalam kisahmu.
Kini, kepastian itu ada pada hatimu
Semua itu masih sebatas dusta…..aku baru menyadarinya. Setelah takdir membelokkan roda hidupku.
Haruskah ku ikuti bisikan neraka? yang mengajakku untuk menjatuhkan tubuh ketika berada di lantai lima sebuah gedung tempatku belajar. Haruskah pisau kutancapkan ke ulu hati? yang me……….. “TIDAK!” logikaku jelas menolak. Meski tak sepenuhnya mengambil alih pikirku yang sudah tak sehat. Semua karena Kau dan takdir!!!!. Bukan aku menyalahkanmu atau membuatmu merasa bersalah. Akan kehadiran dan perkenalan kita. Tetapi kenyataanlah yang memilihmu menjadi tokoh dalam klimaks hidupku.
Takdir yang membawamu ke sini. Kau yang berhasil duduk di bagian depan beranda hati. Mengisi hati yang selama satu tahun sudah ku kosongkan dari sosok adam.

Selamat, kau berhasil menempati urutan pertama dalam daftar orang yang kuingat setiap hari.
Selamat, atas rekormu yang dalam dua bulan saja telah berhasil mengambil kunci logikaku.
Terima kasih atas berbagai pujianmu setiap malam mengundang senyum termanis
Terima kasih atas kepercayaanmu memperkenalkanku pada orang-orang terdekatmu walau tanpa tatapan nyata.
Hebat, nilai tertinggi untukmu. Sukses mengobrak-ngabrik alam bawah sadar hingga aku sulit kembali ke dunia nyata.
Dan Sungguh salutku pada buaian itu, sebagai suguhan terindah setiap malam.

Hingga detik ku tulis semua ini, namamu masih jelas terpatri di hatiku. Baru sedikit sekali kerelaan yang bisa kuberi. Untuk kepergian dan ketidakpeduliaanmu. Selalu,  bahkan tak pernah kulewatkan membuka info di akunmu, fotomu, bahkan seorang wanita baru yang telah kau pilih tak lepas dari perhatianku. Karena hanya lewat itu, aku tahu tentang mu, kulit yang semakin gelap, kepala yang kau botaki, hingga acara yang kau hadiri.
Jelas semua bukan lagi soal penyesalan….. tapi lebih, lebih dari itu. Benar sekarang aku tak lagi sendiri. Tapi apa? dan siapa orang baru itu?. Aku sama sekali tak tahu harus ku tulis dimana nama orang itu. Aku tak yakin dapat membalas rasa sayang yang ia beri. Dan hatiku masih enggan memberinya tempat, sejajar dengan tempatmu. Aku tahu dia berstatus denganku dan kaupun tahu itu. Tetapi sepertinya kau acuh, tak mau tahu, dan enggan menoleh.
Semakin hari kupikir kau akan semakin pudar dalam ingatan. Tetapi nyatanya tidak…….!!!! Jelas dalam malam-malam, kebisuan, keheningan, bahkan selepas sembahyang. Melintaskan namamu. Itu bukan mauku tapi lisan yang dibisikan hati. Maaf pikirku tak dapat mengelak untuk tidak menyebut namamu.
Sajak adalah kawan
untuk diri yang tak waras
cintaku untuk seribu kata yang tak lagi terbendung,
jeritannya rindu, mengalahkan raungan raja hutan
cintaku untuk luapan kasih
mendesak semakin sesak, siap meledak

Terindah itu untuk kita. Ketika tahun kedua masa perkuliahan. Sebuah tempat untuk cinta mulai terbangun. Hati yang lama beku berhasil kau cairkan. Segala ketulusan. Kening menggoreskan begitu dalam, kecupan. Lama dan semakin merindu. Tumbuh dan semakin mengasihi. Itulah kita sepasang kasih. ….. Tak seharusnya ini ku lanjutkan.
Lewat pesan ini tak ada yang kuharapkan lebih dari simpati. Karena aku tahu kau sudah milik wanita itu. Jangan kau cari penulisnya, karena jelas sudah tak mungkin. Maaf atas hatiku yang hingga detik kau baca semua ini, masih setia menempatkanmu di barisan depan hatiku. Silakan kau hapus tulisan tak bermakna ini seperti sebelumnya kau hapus namaku di carik hatimu.
Satu kata maaf lagi untukku yang masih menyimpan foto-fotomu. Salahkah?, Entah apa jawabanmu. Namun bagiku memang salah, harusnya segera kuhapus tapi jari ini lemas ketika senyummu nampak bak air es yang ditumpahkan pada tenggorokkan yang kering. Aku tak sanggup, jadi kumohon izinkan aku menyimpannya. Hingga Tuhan menghapusnya…….
Tinggal dua kali,
sapaan mentari dan mega keemasan
memori lama yang siap terhapuskan
Tinggal dua kali,
kilasan cinta si majnun
meracau
Tinggal dua kali,
kesempatan mencintaimu.

Minggu, 25 Maret 2011
Pesan eletronik penuh tanda tanya itu terjawabkan oleh berita pada sebuah surat kabar.
Wanita Tewas Tanpa Sebab di Dalam Bis
Seorang wanita berusia 21 tahun ditemukan tak bernyawa oleh seorang kondektur. Wanita berjilbab biru itu duduk di barisan ketiga dibelakang supir bis. Pada mayat tersebut tidak ditemukan luka-luka tanda kekerasan. Sehingga keluarganya begitu histeris mendengar kematian AY yang mendadak. Ayahnya segera menginginkan mayat anaknya di otopsi. Hasil otopsi yang diberikan pihak porensik begitu mencengangkan. Pihak keluarga begitu terpukul. Orang tua AY segera mencari tahu rumah sakit tempat AY menyumbangkan organ vitalnya (jantung dan hati).

0 komentar :

Posting Komentar