Senin, 16 Desember 2013



                                                                 Ikat kepala Parengkos Jengkol
 
BERBUSANA bernuasa masyarakat Priangan ikat kepala dikenakan kalangan pria dan kebaya khas   nyunda membalut tubuh mojangnya. Fenomena  baru  segera menjadi  biasa ketika awal tahun depan setiap Jumat,  menjadi kesepakatan  dan keputusan fihak sekolah. 

Meski demikian, nampak sebagian murid lelaki tak sabar lagi menjemput hari Jumat tahun depan. Siti murid SDN. Balandongan, Kecamatan Baros, Kota Sukabumi berkata. “Anak lelaki  akan mengenakan ikat kepala atau orang tua saya menyebutnya teregos. Kami sudah tak sabaran lagi menunggu hari Jumat, pekan pertama tahun depan.” 

“Semoga letupan hasrat anak-anak ingin segera mengenakan Terogos itu, bukan hanya uporia sejenak tapi semangat berbudaya yang selamanya. Jika perlu saat akan memasuki hari Jumat tahun depan itu. Kita perlu memberikan pencerahan kepada kalangan murid yang akan mengenakan Teregos itu. Mereka juga perlu tahu jenis kain dan bentuk ikat kepala itu,” papar Kepala SDN. Balandongan, Hj. Gimaswati, Mpd dikantornya.

Mengenakan aksesoris bernuasa Priangan dikalangan pelajar bukan hal baru. Dan murid SD. Balandongan, Kecamatan Baros, mengenakan ikat kepala bukan sekolah yang pertama. Satu dari 5 SMA Negeri, beberapa bulan dilakukan siswa Kelas 1 di SMA Negeri 1.

            SMA Negeri tertua di Sukabumi itu, diperkirakan sudah berjalan sejak Ospek berkahir  bersamaan  dengan proses pamungkas penerimaan peserta didik baru [PPDB] 2013 silam. “Kami mengimbau kalangan peserta didik baru untuk mengenakannya pada hari Sabtu.”

            “Setiap Sabtu hari yang Kami sebut Hari Budaya itu. Siswa lelaki mengenakan teregos sedang para siswi berkebaya plus bando di luar jilbabnya. Responnya sangat mengagumkan, terlebih setiap Senin upacara ada penghargaan untuk Kelas terkompak,” tutur Jubir SMA Negeri 1, Ade Faturahman.

             Juru Bicara SMA Negeri 1 menyebutkan, di tatar Priangan ini sedikitnya terdapat 20 jenis nama ikat kepala pria yang lajim dikenakan baik saat resmi maupun saat tidak resmi. “Seperti ikat kepala Barangbang Semplak, bisa saja dikenakan untuk satu komunitas bela diri atau kelompok seni pentas, seperti pamin Calung atau pamain Gondang dan Pesilat.”

            Mengomentari adanya penggunakan iket kepala pria untuk kalangan pelajar baik rencana Januari untuk SDN. Balandongan  maupun bagi kalangan siswa Kelas 1 di SMA Negeri 1. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Beni Haerani menyambut positif yang bukan wacana itu.

            “Mengenalkan budaya daerah Pasundan atau Priangan sejak dini kepada kalangan murid Sekolah Dasar. Merupakan langkah berani fasalnya anak-anak SD masih mudah terpengaruh atau mudah bosan. Kepala Sekolah dan guru harus memiliki formula untuk menjaganya sang murid menyenanginya,” ungkap Kepala Disdikbud, Kot Sukabumi.

            Beni Haerani mengaku sudah mendengar wacana penggunaan Teregos dan Kebaya di kalangan Kelas VI SDN. Balandongan, khususnya hari Jumat. “Yang saya belum dengar itu apakah itu tanggungan orang tua murid atau sekolah yang menyediakannya. 

Selama hasil kesepakan dengan Komite, hal itu baik-baik saja. Saya mendukungnya, bila perlu semua SD mengikutinya meski dalam agenda berbeda. Sejauh ini saya baru mendengar ada di SMA Negeri 1 dan akan disusul SDN Balandongan,” kata Ka Disdikbud Kota Sukabumi. 

Beni Haerani  sebelum menyudahi keterangannya Ia sempat mengatakan. “Jika Tergos sudah dikenalkan kepada kalangan murid. Tidak ada salahnya jika Kepala Sekolah juga secara perlahan memperkenalkan kaulinan urang lebur. Busananya tinggal disesuaikan saja, seperti pengenalan seni tradisional Calung atau Pencak Silat.” Pungkas Beni Haerani. [HS2SMI].-
  

0 komentar :

Posting Komentar