Senin, 10 Maret 2014


  Dudung Koswara, M.Pd
(

Oleh : Dudung Koswara, M.Pd
(Dosen, Pemerhati Pendidikan)

Mengkritisi dan melihat kekurangan  sebuah organisasi adalah hal termudah yang bisa dilakukan semua orang bahkan anak kecil sekalipun. Memberi solusi dan ikut terlibat serta berani berkorban demi kemajuan sebuah organisasi sangatlah sulit. Ibarat  ungkapan “Terima bongkar mesin” lebih mudah dibanding  terima pasang  mesin secara profesional.

Mengapa melihat kekurangan begitu mudah? Karena melihat kekurangan tidak membutuhkan banyak variable bahkan dengan  suuzdhon saja cukup.  Berbeda dengan menata dan  membangun sebuah organisasi karena  membutuhkan “jam terbang”, motivasi, keahlian, kecintaan, keikhlasan dan kesetiaan. Begitupun organisasi PGRI Kota Sukabumi dengan segala kekurangannya “seksi” untuk dikritisi.

Anggota organisasi PGRI yang kritis  itu positif dan baik untuk memberikan sentuhan pada organisasi. Namun, alangkah lebih baik bila terlibat langsung didalamnya dan memberikan alternatif praktis strategis  yang dapat bermanfaat pada kepentingan organisasi. Jangan menjadi burung yang pandai berkicau tapi tidak mampu membuat sarang.  Para guru yang begitu mudah memvonis kelemahan organisasi PGRI sebaiknya masuk ke dalam dan buktikan bawa anda mampu ikut berperan. 

Sungguh beruntung bila para anggota organisasi berkembang secara kritis dan peduli pada organisasinya.  Namun sungguh berbahaya sebuah organisasi bila anggotanya hanya pandai beteriak dan “kikir” sumbangsih.  Bukankah kemuliaan itu diantaranya adalah mampu menyumbangkan tenaga/pikiran?  Kritik kurang membangun, suudzhon, reaktif terhadap keperluang anggaran organisasi adalah hal negartif yang tidak perlu dikembangkan. 

Kepedulian anggota organisasi dalam bentuk “suplai”  kritik, iuran anggota dan dana untuk kepentingan bersama membangun organisasi sangatlah penting. Anggota organisasi PGRI __ apalagi yang sudah tersertifikasi__  jangan kikir dalam memberikan dukungan. Bukankah perbaikan kesejahteraan guru seluruh Indonesia  identik dengan perjuangan PGRI? Adakah guru yang mampu  sendirian  secara politik menekan pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan guru?
Organisasi PGRI adalah rumah dan kendaraan bersama yang menentukan apakah kita ini mau menjadi komunitas terhormat bermartabat atau mau menjadi “gerombolan” guru yang tidak dihargai?  Berjuang sendiri  di zaman manajemen strategis berorganisasi adalah mustahil.  Berjuang melalui organisasi itu jauh lebih baik. Bukankah  anggaran pendidikan minimal 20% dari APBN dan APBD adalah perjuangan PGRI? Bukankah Peningkatan Tunjangan Fungsional Guru adalah buah dari perjuangan PGRI?  Pembayaran Tunjangan Khusus.  Bahkan, dalam kongres nasional  ke XXI dihadapan presiden  dan para menteri, PGRI meminta pemerintah untuk menyatukan tunjangan pungsional guru dengan gaji bulanan  dengan tepat waktu dan tepat jumlah.

Tulisan ini dibuat hanyalah sebuah harapan pada seluruh guru di Kota Sukabumi untuk melihat rumah bersama organisasi PGRI dengan penuh bijak. Mari para anggota PGRI yang belum puas dengan program organisasi untuk masuk kedalam dan berbuat didalam. Apa yang “diteriakan” semoga dapat  diselesaikan langsung bila yang berteriak menjadi pengurus PGRI. Rasakan dulu  beratnya jadi pengurus, barulah berteriak mungkin lebih bijak.

Menjadi pengurus PGRI realitasnya tidak ada yang kaya bahkan banyak ruginya (berkorban). Kasihan organisasi PGRI ini, perlu dukungan maksimal semua anggotanya.  Andaikan  masih banyak  guru apatis terhadap organisasi PGRI plus para pejabat terkait di Kota Sukabumi maka ini  sama dengan menelantarkan rumah  kolektif guru. Rumah yang ditelantarkan akan penuh debu dan tak bermanfaat banyak bagi pemiliknya.

PGRI adalah rumah bersama  guru yang harus dibangun bersama. Wajah kolektif guru Kota Sukabumi  dapat dilihat secara mudah dari  “Rumah PGRI”nya. Tenaga, pikiran, dana dan semangat kebersamaan harus ektra.  Bila organisasi PGRI-nya berkibar dengan baik maka akan sangat positif terhadap pembangunan pendidikan Kota Sukabumi.  Dulu orangtua penulis adalah guru SD yang mengabdi 40 tahun  dan tidak sempat mengenyam sertifikasi  dari perjuangan PGRI sampai hari ini masih  tetap berharap  organisasi PGRI mampu menjadi rumah yang baik bagi para guru.

Mari para guru anggota PGRI untuk “mengawal” organisasi PGRI dari luar dan dalam untuk menuju lebih baik. Setidaknya agar organisasi PGRI lebih baik ada lima  hal. Pertama, memiliki rumah (gedung dan fasilitas yang istimewa) sebagai pusat kegiatan dan kehormatan.  Kedua, memiliki pemerintahan (pengurus dari guru) yang transparan, solid, kompeten, independen dan memiliki visi yang baik. Ketiga, memiliki rakyat (anggota para guru) yang merasa memiliki dan mencintai sepenuh hati, terhindar dari suudzhon dan ikhlas berkontribusi. Keempat,  mampu bersinergi dengan semua pihak yang dapat meningkatkan peran strategis organisasi PGRI  dan Kelima, harus memiliki  pengakuan “kedaulatan” (pemerintah dan masyarakat) karena kontribusi dan peranannya dalam dunia pendidikan.

Semoga organisasi PGRI Kota Sukabumi bertumbuh lebih baik atas dukungan anggotanya yang semakin sejahtera dan bermartabat. PGRI Kota Sukabumi sangat tergantung pada guru-guru Kota Sukabumi.  Realitas guru-guru Kota Sukabumi yang potensial dan mencintai PGRI adalah kunci suksesnya. Guru-guru Kota Sukabumi sebaiknya menjadikan organisasi PGRI sebagai rumah bersama untuk meningkatkan  martabat  dan perjuangan  idealitas  pendidikan  yang bermuara pada pelayanan pendidikan publik.

0 komentar :

Posting Komentar