Rabu, 26 Oktober 2011




Kota Sukabumi-Pelita

Tidak lama lagi Hari Raya Idul Adha 1432 Hijriah tiba, sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas limpahan rezeki penyembelihan hewan kurbanpun dilaksanakan. Namun dibalik itu semua, masih banyak terdapat lapisan masyarakat yang hidup dalam ekonomi berkecukupan belum mampu untuk berkurban.

“Padahal harta yang kita dapatkan selama hidup merupakan amanah dari Allah SWT, tinggal tergantung diri kita sendiri apakah ingin menyisihkan untuk berkurban atau tidak. Ironisnya masih banyak masyarakat yang hidup dalam ekonomi berkecukupan enggan untuk berkurban,” kata Ustadz Zimat Munazat Agustian, Az saat ditemui di kediamannya, kemarin.

Dijelaskannya, jika kita menghitung besarnya kenikmatan yang Allah berikan terhadap kita, tentulah tidak akan pernah terhitung dan tidak akan pernah tergantikan dengan ibadah kita, sebagai mana yang Allah katakana dalam Al-Quran, "apabila engkau menghitung hitung nikmat Allah, niscaya tidak akan terhitung."

Menurut Ustadz Zimat, golongan orang yang dimaksud mampu itu tidak lain adalah, selama manusia itu masih bisa dikatakan bersyukur apabila kenikmatan yang diberikan oleh Allah SWT kepada kita dipakai dijalan yang Allah SWT ridhoi. Salah satunya yakni, terkait dengan ibadah qurban. "harta yang ada pada diri kita, merupakan sebuah amanat dari Allah, tugas kita sebagai menagement harta, apakah harta tersebut diakherat kelak sebagai penolong untuk surga ataukah yang menjerumuskan kita kepada jurang api neraka?"

“Sebagai ungkapan rasa syukur, atas nikmat karunia yang diberikan kepada manusia, nikmat yang berupa hidup dan kehidupan. Nikmat yang kita rasakan setiap saat tidak terputus, baik berupa kesehatan, harta, pangkat, maupun jabatan,maka dari itu, kita harus memaksimalkan ikhtiar untuk melaksanakan perintah Allah. Termasuk perintah berqurban bagi mereka yang mampu,” ujarnya.

Lebih lanjut dirinya mengungkapkan, terkadang dari sebagian manusia kerap menyalahgunakan harta bendanya untuk kepentingan nafsu syahwatnya, ketimbang menggunakan harta benda yang dimilikinya itu untuk kepentingan ajaran Allah SWT. Dicontohkannya, dari sekian banyak fenomena yang ada, ketika Allah SWT memerintahkan kepada umatnya untuk berbuat kebajikan dan Rosul menganjurrkan kepada kita untuk melaksanakan qurban, maka tanpa berpikir kembali dan tanpa memaksimalkan ikhtiar sama sekali.

"Saya to the point ada istilah tidak mampu, istilah tersebut, menurut saya sangat irrasional sekali, jika kata-kata tersebut dilontarkan oleh orang yang sangat gemar menghisap batangan rokok. Jika boleh menghitung hitung, harta yang kita keluarkan pada setiap hari, minggu, bulan, bahkan per tahun, maka bila dikumpulkan akan sangat mungkin untuk bisa menjalankan ibadah qurban, pasalnya, jika uang sebesar Rp. 10. 000 yang biasa kita gunakan untuk membeli rikok, maka dalam waktu setahun, angka 10 ribu tersebut bila dikumpulkan sangat mungkin mampu untuk bisa dibelikan seekor kambing." Ungkapnya.

Ia menegaskan, dengan asumsi yang tertuang tersebut, masih pantaskah bisa dikatagorikan sebagai orang yang tidak mampu untuk melaksanakan ibadah qurban? dan apakah tidak malu terhadap Allah, yang senantiasa memberikan berbagai kenikmatan yang telah diberikan terhadap umat manusia, sementara manusia tersebut tidak mensyukuri atas nikmat yang telah diberikannya? "hati nuranilah yang bisa menjawab pertanyaan - pertanyaan yang saya lontarkan tersebut? sesuai dengan hadist, barang siapa yang mampu untuk berqurban akan tetapi tidak mau berqurban maka jangan mendekatti tempat sholat kami." Imbuhnya

Ketahuilah, bahwa qurban merupakan amal - amal penyelamat yang kemudian akan menyelamatkan manusia yang telah berqurban, maka pelaku yang telah mengamalkannya itu, niscahaya manusia akan terlepas dari keburukan dunia dan akherat.(Bud/4)

0 komentar :

Posting Komentar